Berdasarkan nash-nash Al Qur’an, hadits, dan kisah-kisah sebagaimana telah diungkapkan di awal, nyatalah bahwa malaikat itu makhluk cahaya yang ditakdirkan Allah Swt. untuk senantiasa taat kepada-Nya dan mencintai amal saleh yang dilakukan oleh manusia secara ikhlas. Oleh karena itu, sangat logis apabila ada sekelompok manusia yang kemudian menjadi ”sahabat” alias ”kawan dekat” para malaikat, walau orang yang bersangkutan tidak bisa berinteraksi atau bertatap muka secara langsung dengannya. Kelompok manusia tersebut adalah orang-orang saleh yang senantiasa berzikir kepada Allah dalam setiap gerak langkah kehidupannya, baik zikir yang berbentuk lisan maupun perbuatan. Orang-orang ini dilindungi dan dijaga oleh para malaikat ke mana pun mereka melangkah. Ke dalam hatinya dibisikkan aneka kebaikan sehingga hatinya bening dan bercahaya.
Syeikh Muhammad Abduh pernah menjelaskan pandangan Imam Al Ghazali tentang kehadiran malaikat di dalam diri manusia. Abduh berilustrasi, “Setiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya ada dua macam bisikan, yaitu bisikan yang baik dan bisikan yang buruk. Manusia sering merasakan pertarungan di antara keduanya, seakan apa yang terlintas dalam pikirannya ketika itu sedang diajukan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima dan yang itu menolak. Yang ini menyuruh melakukan dan yang itu mencegahnya dari melakukannya. Demikian seterusnya sampai akhirnya sidang memutuskan sesuatu. Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan, atau paling tidak yang menyebabkan lahirnya bisikan tersebut adalah malaikat atau setan. Nah, turunnya malaikat, khususnya pada saat lailatul qadar, menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya (khususnya melalui amal-amal ibadah yang dilakukannya), berarti pula terjadinya penyertaan oleh malaikat kepada si hamba sehingga jiwanya akan senantiasa terdorong untuk melakukan kebaikan di mana pun dia berada.” (Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, 1997: 315)
Tidak sekadar membisikan aneka kebaikan, para malaikat pun senantiasa memanjatkan doa agar Allah‘Azza wa Jalla mengampuni dan menganugerahkan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada sang hamba. Dalam hal ini, ada satu prasyarat penting bahwa hadirnya doa-doa malaikat tersebut berdasar pada adanya amal saleh yang dilakukan si hamba.
Semua amal saleh sesungguhnya akan mengundang malaikat untuk hadir mendoakan. Akan tetapi, ada beberapa amal kebaikan yang secara spesifik disebutkan oleh Rasulullah saw. akan mengundang doa-doa malaikat bagi orang yang melakukannya. Jumlahnya tidak kurang dari 12 amal saleh, yang sebenarnya sangat dekat dengan keseharian kita, tetapi seringkali kita lalaikan. Kedua belas amal tersebut adalah: (1) bersedakah pada pagi hari; (2) menjenguk orang yang sakit; (3) berwudu sebelum tidur; (4) duduk menunggu waktu shalat; (5) berada di shaf terdepan dalam shalat berjamaah; (6) menyambung shaf dalam shalat berjamaah; (7) mengaminkan bacaan Al Fâtihah yang dibacakan imam dalam shalat berjamaah; (8) duduk di tempat shalat selepas menunaikan shalat; (9) berjamaah shalat Subuh dan Ashar di masjid; (10) mendoakan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang didoakan; (11) melaksanakan sahur; dan (12) mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Alangkah bahagianya jika kita tergolong orang-orang yang didoakan oleh malaikat karena istikamah melakukan amal-amal tersebut. Betapa tidak, doa malaikat adalah doa yang sangat objektif. Dia tidak terhalang oleh berbagai kepentingan dan ambisi. Doa malaikat adalah doa yang teramat ikhlas dan sesuai dengan fitrah semesta sehingga tampak mustahil bagi Allah Swt. untuk tidak mengijabahnya Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.
“Setan itu memunculkan cetusan pikiran buruk dan mendustakan kebenaran.
Sedangkan malaikat mencetuskan pikiran baik dan membenarkan kebenaran.
Bersyukurlah kepada Allah apabila engkau memiliki cetusan pikiran kebaikan.
Jika selain itu, berlindunglah kepada Allah dari godaan setan.”
Jumat, 17 Agustus 2012
Author : Muhammad Qadri,
ARTIKEL TERKAIT :
Comments :
Posting Komentar